Untuk Siapa Loyalitas Seorang Mukmin?
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Untuk Siapa Loyalitas Seorang Mukmin adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan الجمع بين صحيحين (Al-Jam’u Baina As-Sahihain), sebuah kitab yang berisi Kumpulan shahih Bukhari dan Muslim karya Syaikh Yahya bin Abdul Aziz Al-Yahya. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 10 Rajab 1440 H / 17 Maret 2019 M.
Download Kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain – Format PDF di sini
Download mp3 kajian sebelumnya: Ciri-Ciri Orang Meninggal Masuk Surga
Kajian Hadits Tentang Untuk Siapa Loyalitas Seorang Mukmin? – Al-Jam’u Baina As-Sahihain
Hadits nomor 45,
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِهَارًا غَيْرَ سِرٍّ، يَقُولُ: «أَلَا إِنَّ آلَ أَبِي، لَيْسُوا لِي بِأَوْلِيَاءَ، إِنَّمَا وَلِيِّيَ اللهُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dari Amr bin Al-Ash -semoga Allah meridhainya- ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara keras berkata, “Ketahuilah sesungguhnya keluarga Abi bukankah wali-waliku. Sesungguhnya wali-waliku hanyalah Allah dan Mukmin yang shalih.”
Yang dimaksud dengan keluarga Abi yaitu Bani Umayyah. Maksudnya yaitu mereka-mereka yang tidak beriman kepada Allah dan RasulNya. Adapun mereka yang beriman kepada Allah dan RasulNya dan masuk Islam, itu tidak masuk didalam khitob (pesan) ini.
Dalam satu riwayat disebutkan:
وَلَكِنْ لَهُمْ رَحِمٌ أَبُلُّهَا بِبَلَاهَا
“Akan tetapi mereka memiliki hubungan rahim denganku, maka aku pun menyambung silaturahim dengan mereka.”
Faidah Hadits
Pertama, dalil wajibnya memberikan loyalitas kepada kaum Mukminin walaupun mereka tidak ada hubungan kerabat dengan kita, selama ia beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat, mencintai Allah dan RasulNya, wajib kita memberikan loyalitas kepada orang-orang seperti ini. Dan juga kita harus memberikan baro’ (berlepas diri) dari dari orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan RasulNya walaupun mereka karib kerabat kita. Allah berfirman dalam surat Al-Mujadilah ayat 22:
ا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَـٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّـهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَـٰئِكَ حِزْبُ اللَّـهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّـهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٢٢﴾
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling mencintai (memberikan loyalitas) kepada orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah tuliskan dalam hati mereka keimanan dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripadaNya. Dan dimasukanNya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa ridha kepada Allah. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Muhadilah[58]: 22)
Di sini Allah menyebutkan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat tidak mungkin memberikan loyalitas kepada orang-orang yang memusuhi Allah dan RasulNya.
Tentunya kita harus pahami makna loyalitas. Kalau misalnya kita memiliki orang tua yang bukan muslim, kalau kita mencintia orang tua karena dia orang tua kita, apakah cinta kita kepada orang tua itu disebut loyalitas? Tidak.
Sebatas kita mencintai dia karena dia orang tua kita dan bukan karena agamanya, yang itu merupakan tabiat manusia, maka cinta seperti ini disebut dengan istilah cinta tabiat. Cinta tabiat ini tidak ada hubungannya dengan wala dan baro’. Tapi kalau antum mencintai dia karena agamanya yang batil itu, karena kesyirikan dia, ini baru masuk kedalam loyalitas.
Maka seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, beriman kepada Allah dan RasulNya, tidak mungkin memberikan loyalitas kepada orang-orang yang memusuhi Allah dan RasulNya. Walaupun itu bapak mereka atau anak mereka atau saudara mereka atau keluarga mereka.
Lalu Allah menyebutkan balasan orang-orang yang tidak memberikan loyalitas kepada orang-orang seperti itu, yaitu:
- Allah tuliskan di hati mereka keimanan. Berarti hati orang-orang yang hatinya memberikan loyalitas kepada orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat, Allah tidak akan tuliskan keimanan.Maksudnya “tulisan keimanan” yaitu Allah kokohkan Iman di hatinya, Allah jadikan ia istiqomah diatas keimanannya itu.
- Allah akan kokohkan dengan ruh dariNya. Artinya Allah akan berikan kepada dia kekuatan untuk istiqomah dan berpegang kepada keimanan itu.
- Allah masukkan ia ke dalam surga.
- Allah ridha kepada mereka.
- Allah menyatakan bahwa mereka adalah golongan Allah, Subhanallah.
Kata Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini, “Allah Ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah, terdapat padanya rahasia. Ketika kita tidak memberikan loyalitas kepada karib kerabat kita karena kekafiran mereka dan tidak mau beriman kepada Allah dan RasulNya, maka Allah ganti dengan keridhaan Allah kepada kita.
Subhanallah, aqidah seperti ini bagian daripada ucapan Laa ilaaha illallah.
Laa ilaaha berarti meniadakan seluruh illah yang disembah selain Allah. Illallah berarti menetapkan hanya Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang berhak disembah. Konsekuensinya kita berlepas diri dari semua yang disembah selain Allah. Berlepas diri dari setiap yang menyembah selain Allah. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan:
فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّـهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا
“Siapa yang kafir kepada thaghut dan beriman kepada Allah, sungguh ia telah berpegang kepada tali Allah yang kuat.” (QS. Al-Baqarah[2]: 256)
Kedua, hadits ini menunjukkan disyariatkan kita memperlihatkan berlepas dirinya kita dari orang-orang yang tidak beriman. Kecuali kalau kita perlihatkan malah menimbulkan mudharat yang lebih besar seperti kita dibunuh dan yang lainnya. Tapi pada asalnya ini aqidah wala’ dan Bara’. Kita Perlihatkan bahwa kita tidak memberikan loyalitas, kita berlepas diri.
Berlepas diri dalam masalah apa?
Diantaranya berlepas dengan hati kita. Tidak boleh ada sedikitpun hati kita mencintai kekufuran mereka. Tidak boleh ada di hati kita kecondongan sedikitpun kepada apa yang mereka sembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga berlepas diri dengan perbuatan kita. Yaitu dengan cara menjauhi semua syiar-syiar agama mereka.
Kita tidak boleh mengikuti syiar-syiar atau yel-yel agama mereka. Kemudian tidak boleh tasyabbuh (menyerupai). Kemudian kita tidak ridha untuk menggunakan sesuatu yang itu merupakan kekhususan mereka. Misalnya kalau ada sebuah pakaian yang memang itu khusus dan syiar pakaian mereka, maka tidak boleh kita pakai. Maka simbol-simbol yang menunjukkan kepada yang mereka sembah selain Allah, harus ditinggalkan.
Ketiga, hadits ini menunjukkan bahwa mencintai orang shalih itu termasuk memberikan loyalitas. Kita harus mencintai orang shalih. Namun harus disesuaikan dengan ketakwaan dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semakin takwa, semakin kata cinta. Semakin kuat keimanan dan keilmuannya, semakin kita cinta.
Cinta kita kepada Rasulullah melebihi dari segala sesuatu. Karena beliau yang paling bertakwa kepada Allah. Cinta kita kepada para Sahabat melebihi yang lainnya, karena mereka generasi yang paling bertakwa.
Inilah yang disebut dengan cinta karena Allah, benci karena Allah.
Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-13:58
Download MP3 Kajian Hadits Untuk Siapa Loyalitas Seorang Mukmin? – Al-Jam’u Baina As-Sahihain
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46942-untuk-siapa-loyalitas-seorang-mukmin/